Saat mendengar nama pasar minggu, apa yang pertama kali terlintas dalam fikiran anda? Sebagian dari kita mungkin memiliki pemikiran yang sama (sambil menerawang jauh), Ya,…lagu anak-anak yang berjudul; pepaya, mangga, pisang dan jambu. Lagu hasil karya cipta dari seorang yang Bernama Adikarso ini pertama kali dirilis pada tahun 1955. Dari lagu yang dihasilkannya, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, pasar minggu dulu adalah sentra penghasil buah-buahan yang sangat Makmur. Berbeda jauh dengan “kemusnahan’ lagu anak-anak tadi, pasar minggu yang sekarang justru malah semakin berkembang. Itu bisa dilihat dengan makin ramainya aktifitas yang ditimbulkan sehari-harinya.
Pasar minggu sendiri adalah termasuk sebagai kelurahan yang terletak dikecamatan pasar minggu, yang masuk dalam wilayah kota administrasi Jakarta selatan dengan luas 21,9 km/2. Bisa dibilang, bahwa pasar minggu memiliki letak yang cukup strategis dibilangan selatan kota Jakarta tentunya. Gimana nggak strategis, keberadaan stasiun kereta api dengan terminal pasar minggunya saja berhadap-hadapan kok hehehehe, Keberadaan antara stasiun kereta api dan terminal bus bukan hanya sekedar menjadi titik tumpu sebagai pusat keramaian. Jika kita cermat, kita bisa mengambil sebuah keuntungan dari keberlalu-lalangan orang yang lewat.
Bicara tentang strategis atau tidaknya suatu lokasi, tidak hanya bisa dilihat dari satu sudut pandang biasa saja. Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa, lokasi yang dibilang strategis itu adalah lokasi yang harus selalu berdekatan dengan sarana Pendidikan, sarana olah raga dan lain sebagainya. sekaranglah saatnya kita hancurkan paradigma tentang nilai strategis itu sendiri. Kita bisa menghadirkan nilai strategis atau tidaknya itu sendiri. Mungkin sudah banyak contoh yang ada, namun sepertinya kita masih kurang peka saja dengan itu semua. Memulai sesuatu yang baru itu tak harus selalu memandang faktor-faktor strategis seperti yang diutarakan diatas tadi bilamana kita belum benar-benar langsung menjalaninya.
Tempat nongkrong yang asyik sekarang itu nggak harus berkesan wah, tapi bisa sedikit menghadirkan kenyamanan dan ketenangan. Walaupun Ketika lo datang kesana hanya sekedar ingin ngopi, ngopi, dan ngopi tapi lo bisa dapatkan feel itu. Secara tak langsung, setidaknya lo sudah masuk dalam jebakan yang mereka buat. Mereka(pemilik café atau sejenisnya) sudah dengan sangat jeniusnya memfasilitasi segala kebutuhan yang sekarang masyarakat butuhkan. Strategi jitu mereka bisa dikatakan berhasil, walau hanya dengan berbekal jaringan wi-fi yang dipasang diwarung kopi tempatnya usaha, tanpa harus memoles tempat usahanya agar terlihat lebih berkelas. Memang tak mudah menjaring konsumen dengan hanya berbekal iming-iming wi-fi “gratis”, tapi setidaknya strategi ini adalah langkah awal yang baik dalam memulai sebuah usaha. Langkah seperti ini yang sekiranya yang termudah ketimbang nantinya harus juga menampilkan biduan Wanita penyanyi dangdut,….(.bisa hancur warung kopi yang gue Kelola sejak lama kalau ada rebutan biduan sesama pengunjung, hehehehehehe…). Ya seperti inilah kiranya contoh yang di maksudkan dengan bagaimana menciptakan nilai strategis sendiri dilapangan.
Adanya jaringan wi-fi sebagai daya tarik bukan hal yang biasa Ketika kita singgah disebuah café atau coffee shop . Bisa dipastikan, hampir dari semua pengelola tempat makan dan minum (café, resto dsb) sudah menerapkan hal yang seperti itu. Ini mereka lakukan tak semata untuk memuaskan para pelanggannya saja, Inilah strategi penjualan mereka guna menjaring konsumen agar bisa berlama-lama singgah di café yang dikelolanya, dengan demikian pelanggan dibuat nyaman. Ketika kenyamanan sudah didapatkan maka otomatis akan berpengaruh pada pendapatan atau penghasilan yang mereka hasilkan.


Peluang usaha nggak hanya bisa kalian dapat hanya disekitaran stasiun ataupun terminal, peluang itu ada disetiap langkah kaki yang berkesungguhan besar, peluang itu datang bersamaan niat yang yakin terucap,….